Jangan pernah merasa selalu sehat, terutama bila Anda berusia diatas 40 tahun dan berbadan gemuk. Diabetes mungkin tengah mengintai tubuh Anda. Terlebih penyakit itu menunjukkan gejala awal yang sangat manusiawi sekali, yaitu perasaan ingin selalu makan, haus dan sering berkemih. Akibat ketidaktahuan membaca isyarat tubuh tersebut, hampir sebagian besar penderita diabetes mellitus (DM) atau kencing manis berobat ke dokter sudah dalam keadaan parah.
“Kalau seseorang sudah kehilangan nafsu makan, baru deh berobat ke dokter. Padahal semua sudah terlambat,” kata pakar diabetes, Dr dr Sidartawan Soegondo dalam acara media edukasi tentang diabetes melitus di Jakarta, belum lama ini.
Hal itu bisa dikatakan terlambat, lanjut dr Sidartawan, karena diabetes tidak bisa disembuhkan sepanjang hidup. Namun, penyakit tersebut bisa dikontrol dengan diet, olahraga dan obat-obatan.
“Dalam banyak kesempatan, saya selalu ingatkan kepada masyarakat untuk melakukan cek kesehatan bila tubuh mulai sering merasa kelaparan, kehausan dan sering buang air kecil. Itu gejala awal diabetes yang harus terus diwaspadai. Semakin dini kita mengetahui penyakit itu, akan lebih mudah dan murah penanganannya. Tidak perlu obat-obatan, tetapi cukup diet dan melakukan aktivitas fisik,” ujar staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Peringatan tentang DM tipe 2– yang berhubungan erat dengan gaya hidup tidak sehat ini menjadi sangat penting, bila melihat jumlah penderitanya di Indonesia saat ini sudah mencapai 5 juta orang. Jumlah tersebut diperkirakan terus meningkat jika melihat kecenderungan 5 tahun terakhir, yang mana telah terjadi peningkatan sekitar 230 ribu orang setiap tahunnya.
Dr Sidartawan menjelaskan, setiap orang mempunyai potensi yang sama untuk terkena diabetes. Namun, orang-orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga diabetes berpotensi terkena diabetes lebih dini, bila menjalankan hidup tidak sehat seperti banyak mengkonsumi makanan berlemak, bergula dan kurang beraktivitas.
“Riwayat kesehatan keluarga perlu diperhatikan benar. Jangan hanya dilihat dari kondisi kesehatan ayah dan ibu, tetapi juga kakek, nenek, paman, bibi atau sepupu yang memiliki hubungan darah. Kalau salah satu diantara mereka ada yang terkena, hendaknya mulai dari sekarang mengatur pola makan agar tidak menyesal di kemudian hari,” ucap dr Sidartawan.
Ia menjelaskan, perilaku makan yang buruk seperti terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan makanan manis ternyata bisa merusak kerja organ pankreas. Organ tersebut mempunyai sel beta yang berfungsi memproduksi hormon insulin. Insulin berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.
Glukosa yang tidak dapat diserap oleh tubuh– karena ketidakmampuan hormon insulin mengangkutnya– terus bersemayam dalam aliran darah, sehingga kadar gula menjadi tinggi. Sebagian glukosa juga bisa terbuang melalui urin sehingga air seni menjadi ma-nis. Oleh sebab itu, penyakit diabetes disebut juga kencing manis.
“Hampir 90 persen orang dengan diabetes tipe-2 mengalami resisten insulin. Artinya, meski tubuh mampu menghasilkan insulinnya sendiri, namun tubuh tidak dapat menggunakan sebagaimana mestinya. Itu artinya, sel-sel tubuh tidak “mendengarkan” perintah insulin agar gula dapat diserap. Akibatnya, kadar gula dalam darah menjadi tinggi,” katanya.
Akibat tubuh tidak mendapat asupan glukosa, maka syaraf lapar terus menagih sehingga timbul keinginan untuk makan dan minum terus. Namun, satu hal yang perlu diwaspadai adalah meski doyan makan, berat badan malah turun drastis. “Bila sadar akan kondisi ini, segeralah melakukan perencanaan makan (meal planning) dan banyak melakukan aktivitas fisik. Karena belum terlambat untuk diperbaiki,” katanya.
Namun, bila kondisi itu tidak segera diantisipasi, maka organ pankreas akan mengalmi kelelahan dan memperberat kerja sel beta. Diabetes tipe dua yang semakin parah karena resistensi insulin dan disfungsi beta sel akan menyebabkan tubuh sulit mengendalikan kadar glukosa dalam darah. “Kalau sudah parah seperti itu, penderita diabetes membutuhkan obat-obatan untuk mengendalikan kadar gula dalam darahnya, selain tetap melakukan diet dan aktivitas fisik,” katanya.
Namun, satu kabar menggembirakan adalah ditemukannya obat diabetes baru yang mengatasi langsung kelainan pada diabetes tipe dua, yaitu Avandia buatan perusahaan farmasi GlxoSmith Kline.
Menurut dr Sidartawan Soegondo, penemuan obat-obat terbaru ini menjadi sangat penting untuk penatalaksanaan diabetes yang lebih praktis dan manjur, agar tidak terjadi komplikasi yang dapat merenggut nyawa penderitanya. “Penyebab kematian pada penderita diabetes itu bukan disebabkan oleh penyakit itu semata, tetapi akibat komplikasi terhadap organ lain. Kalau gula darah itu mengganggu kerja pembuluh darah besar, maka akan timbul penyakit jantung, stroke, syaraf atau amputasi kaki. Tetapi bila mengenai pembuluh darah kecil maka akan terjadi gangguan pada mata atau ginjal.
“Itulah pentingnya penderita diabetes terus melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya agar tidak terjadi komplikasi. Sekali terkena, pasien itu akan menyesal seumur hidup,” ucap dr Sidartawan menegaskan.
Namun, satu hal yang tidak boleh diabaikan penderita diabetes untuk keberhasilan pengobatan optimal adalah pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, ahli nutrisi, diet dan membangun komunikasi yang efektif di antaranya.
Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang kondisi, pengobatan dan terapi yang seharusnya dilakukan agar membantu pasien mengontrol kadar gulanya serta mencegah berbagai komplikasi penyakit lainnya.
“Banyak pasien diabetes yang berumur panjang, asalkan taat menjalankan saran ahli. Tak perlu diet ketat, tetapi cukup melakukan perencanaan makan. Sehingga pasien diabetes tetap bisa menjalani hidup seperti lainnya,” kata dr Sidartawan Soegondo menandaskan. (Tri Wahyuni)
Suara Karya Online – Sabtu, 11 November 2006
http://rumahdiabetes.com/2007/03/waspadai-tiga-gejala-awal-diabetes-mellitus/
“Kalau seseorang sudah kehilangan nafsu makan, baru deh berobat ke dokter. Padahal semua sudah terlambat,” kata pakar diabetes, Dr dr Sidartawan Soegondo dalam acara media edukasi tentang diabetes melitus di Jakarta, belum lama ini.
Hal itu bisa dikatakan terlambat, lanjut dr Sidartawan, karena diabetes tidak bisa disembuhkan sepanjang hidup. Namun, penyakit tersebut bisa dikontrol dengan diet, olahraga dan obat-obatan.
“Dalam banyak kesempatan, saya selalu ingatkan kepada masyarakat untuk melakukan cek kesehatan bila tubuh mulai sering merasa kelaparan, kehausan dan sering buang air kecil. Itu gejala awal diabetes yang harus terus diwaspadai. Semakin dini kita mengetahui penyakit itu, akan lebih mudah dan murah penanganannya. Tidak perlu obat-obatan, tetapi cukup diet dan melakukan aktivitas fisik,” ujar staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Peringatan tentang DM tipe 2– yang berhubungan erat dengan gaya hidup tidak sehat ini menjadi sangat penting, bila melihat jumlah penderitanya di Indonesia saat ini sudah mencapai 5 juta orang. Jumlah tersebut diperkirakan terus meningkat jika melihat kecenderungan 5 tahun terakhir, yang mana telah terjadi peningkatan sekitar 230 ribu orang setiap tahunnya.
Dr Sidartawan menjelaskan, setiap orang mempunyai potensi yang sama untuk terkena diabetes. Namun, orang-orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga diabetes berpotensi terkena diabetes lebih dini, bila menjalankan hidup tidak sehat seperti banyak mengkonsumi makanan berlemak, bergula dan kurang beraktivitas.
“Riwayat kesehatan keluarga perlu diperhatikan benar. Jangan hanya dilihat dari kondisi kesehatan ayah dan ibu, tetapi juga kakek, nenek, paman, bibi atau sepupu yang memiliki hubungan darah. Kalau salah satu diantara mereka ada yang terkena, hendaknya mulai dari sekarang mengatur pola makan agar tidak menyesal di kemudian hari,” ucap dr Sidartawan.
Ia menjelaskan, perilaku makan yang buruk seperti terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan makanan manis ternyata bisa merusak kerja organ pankreas. Organ tersebut mempunyai sel beta yang berfungsi memproduksi hormon insulin. Insulin berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.
Glukosa yang tidak dapat diserap oleh tubuh– karena ketidakmampuan hormon insulin mengangkutnya– terus bersemayam dalam aliran darah, sehingga kadar gula menjadi tinggi. Sebagian glukosa juga bisa terbuang melalui urin sehingga air seni menjadi ma-nis. Oleh sebab itu, penyakit diabetes disebut juga kencing manis.
“Hampir 90 persen orang dengan diabetes tipe-2 mengalami resisten insulin. Artinya, meski tubuh mampu menghasilkan insulinnya sendiri, namun tubuh tidak dapat menggunakan sebagaimana mestinya. Itu artinya, sel-sel tubuh tidak “mendengarkan” perintah insulin agar gula dapat diserap. Akibatnya, kadar gula dalam darah menjadi tinggi,” katanya.
Akibat tubuh tidak mendapat asupan glukosa, maka syaraf lapar terus menagih sehingga timbul keinginan untuk makan dan minum terus. Namun, satu hal yang perlu diwaspadai adalah meski doyan makan, berat badan malah turun drastis. “Bila sadar akan kondisi ini, segeralah melakukan perencanaan makan (meal planning) dan banyak melakukan aktivitas fisik. Karena belum terlambat untuk diperbaiki,” katanya.
Namun, bila kondisi itu tidak segera diantisipasi, maka organ pankreas akan mengalmi kelelahan dan memperberat kerja sel beta. Diabetes tipe dua yang semakin parah karena resistensi insulin dan disfungsi beta sel akan menyebabkan tubuh sulit mengendalikan kadar glukosa dalam darah. “Kalau sudah parah seperti itu, penderita diabetes membutuhkan obat-obatan untuk mengendalikan kadar gula dalam darahnya, selain tetap melakukan diet dan aktivitas fisik,” katanya.
Namun, satu kabar menggembirakan adalah ditemukannya obat diabetes baru yang mengatasi langsung kelainan pada diabetes tipe dua, yaitu Avandia buatan perusahaan farmasi GlxoSmith Kline.
Menurut dr Sidartawan Soegondo, penemuan obat-obat terbaru ini menjadi sangat penting untuk penatalaksanaan diabetes yang lebih praktis dan manjur, agar tidak terjadi komplikasi yang dapat merenggut nyawa penderitanya. “Penyebab kematian pada penderita diabetes itu bukan disebabkan oleh penyakit itu semata, tetapi akibat komplikasi terhadap organ lain. Kalau gula darah itu mengganggu kerja pembuluh darah besar, maka akan timbul penyakit jantung, stroke, syaraf atau amputasi kaki. Tetapi bila mengenai pembuluh darah kecil maka akan terjadi gangguan pada mata atau ginjal.
“Itulah pentingnya penderita diabetes terus melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya agar tidak terjadi komplikasi. Sekali terkena, pasien itu akan menyesal seumur hidup,” ucap dr Sidartawan menegaskan.
Namun, satu hal yang tidak boleh diabaikan penderita diabetes untuk keberhasilan pengobatan optimal adalah pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, ahli nutrisi, diet dan membangun komunikasi yang efektif di antaranya.
Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang kondisi, pengobatan dan terapi yang seharusnya dilakukan agar membantu pasien mengontrol kadar gulanya serta mencegah berbagai komplikasi penyakit lainnya.
“Banyak pasien diabetes yang berumur panjang, asalkan taat menjalankan saran ahli. Tak perlu diet ketat, tetapi cukup melakukan perencanaan makan. Sehingga pasien diabetes tetap bisa menjalani hidup seperti lainnya,” kata dr Sidartawan Soegondo menandaskan. (Tri Wahyuni)
Suara Karya Online – Sabtu, 11 November 2006
http://rumahdiabetes.com/2007/03/waspadai-tiga-gejala-awal-diabetes-mellitus/